TANGGULANGI ANEMIA, WUJUDKAN KESMAS BERDAYA SAING

Melalui Seminar Nasional INAHCO 2019

Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal. Prevalensi anemia di Indonesia mencapai 23,7% dan bisa dialami oleh seluruh kelompok umur. Prevalensi anemia pada ibu hamil sangat tinggi sebesar 48,9%, terutama pada usia 15-24 tahun. Pada era revolusi industri 4.0 ini, anemia menjadi hambatan dalam meningkatkan daya saing global. Inovasi dalam bidang pangan dan gizi menjadi salah satu solusi menanggulangi anemia untuk meraih derajat kesehatan masyarakat yang berdaya saing global.

Permasalahan tersebut yang melatarbelakangi Program Studi (prodi) Gizi Klinik Jurusan Kesehatan Politeknik Negeri Jember (Polije) menyelenggarakan Seminar Nasional dengan titel Indonesia Animea and Health Conference (INAHCO) 2019, Sabtu (16/11) kemarin di Hotel Luminor Jember.

Anemia dan Kesmas : Seminar Nasional dengan titel Indonesia Anemia and Health Conference (INAHCO) 2019

Di saat membuka seminar, Wakil Direktur Bidang Kerjasama Dr. Ir. Nantil Bambang Eko S, M.Si menyampaikan betapa pentinya derajat kesehatan masyarakat, agar mampu berpretasi dan menghasilkan karya dalam berkontribusi dalam pembangunan bangsa Indonesia di bidangnya masing-masing. “SDM unggul berdaya saing terutama di era revormasi 4.0 perlu ditunjang derajat kesehatan masyarakat yang prima”, paparnya.

Huda Oktafa, S.TP, MP selaku Ketua Panitia menyampaikan bahwa seminar ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada peserta mengenai anemia di Indonesia yang perlu segera ditangani. “Prevalensi anemia di Indonesia mencapai 23,7% dan bisa dialami oleh seluruh kelompok umur, khusus pada ibu hamil sangat tinggi sebesar 48,9%, terutama pada usia 15-24 tahun“. terangnya.

Masih menurut Huda, dengan semnas ini sebagai salah satu wadah bagi para peneliti untuk mempublikasikan hasil penelitiannya sehingga permasalahan anemia dapat ditangani yang berimbas pada peningkatan daya saing global dengan SDM unggul bebas anemia.

Dalam semnas kali ini, sebagai narasumber adalah Kasubdit Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI dr. Inti Mujiati, MKM, Prof. Dr. Ir. Dodik Briawan, M.C.N guru besar IPB, Dr. Drg. Arief Hargono, M.Kes dosen Universits Airlangga dan Ir. Rindiani, M.P dosen Polije.

Dalam paparannya Inti Mujiati, mengupas arah kebijakan dan strategi pencegahan dan penanggulangan anemia sesuai dengan Undang-Undang tentang Kesehatan (pola konsumsi, perilaku sadar gizi, akses-mutu pelayanan dan kewaspadaan pangan dan gizi) serta tantangan pencegahan dan penanggulangan anemia di Indonesia kedepan.

Sedangkan dalam kesempatan berikutnya Dodik Briawan, membahas tentang dampak atau kerugian secara global dari masalah anemia dan beberapa strategi pencegahan maupun penanggulangan anemia dari aspek pangan dan gizi yaitu dengan fortifikasi/biofortifikasi zat besi pada pangan, suplementasi zat besi pada sasaran dan peningkatan literasi gizi pada masyarakat Indonesia.

Upaya percepatan pencegahan dan penangulangan anemia di Indonesia pada era revolusi industri 4.0 dapat ditingkatkan dengan kemajuan teknologi informasi dengan jalan meningkatkan akurasi data dan kemudahan akses informasi bagi masyarakat untuk mengakses segala informasi tentang anemia.

Dalam aspek yang lebih praktis, pemanfaatan daun kelor sebagai salah satu bahan lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pangan fungsional, dipaparkan oleh Arief Hargono dan Rindiani. Menurut narasumber tersebut daun kelor mengandung nutrisi yang cukup lengkap terutama zat besi. Seiring semnas tersebut, prodi Gizi Klinik juga menampilkan beberapa produk inovasi makanan yang menggunakan bahan-bahan tinggi zat besi seperti tepung kelor, antara lain cookies, sari jeruk jeli-kelor, permen jeli botak, macaroon, happy mie dan selai lembaran.