Tim Inovasi Kreatif untuk Mitra Vokasi (INOVOKASI) dari Politeknik Negeri Jember (Polije) terus berinovasi dalam mendukung sektor peternakan, khususnya pada peternakan itik pedaging. Melalui program inovasi terbaru, Tim INOVOKASI memperkenalkan penggunaan pakan berbentuk pelet yang disuplai dengan aminobiotik, memberikan solusi baru bagi peningkatan kualitas pakan di Peternakan Itik Pedaging Nusa Jaya Abadi (NJA).
Ketua Tim INOVOKASI, Ujang Suryadi, dalam sambutannya menyampaikan bahwa pakan merupakan komponen krusial dalam usaha peternakan.
“Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pakan adalah bentuknya. Pakan dalam bentuk pelet lebih memberikan banyak keuntungan dibandingkan bentuk lainnya,” ujarnya.
Hal ini ditindaklanjuti dengan pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) dan praktik pembuatan aminobiotik serta pelet, yang dilakukan sebagai bagian dari kegiatan INOVOKASI.
Reikha Rahmasari, anggota Tim INOVOKASI, menjelaskan lebih rinci mengenai manfaat pakan berbentuk pelet. Menurutnya, pelet mampu mengurangi pakan yang terbuang, mencegah perilaku memilih pada ternak, serta membuat bahan penyusun pakan lebih homogen. Selain itu, pelet juga meningkatkan konsumsi dan ketersediaan zat gizi bagi ternak, mempermudah penyimpanan, serta efisiensi penggunaan pakan sehingga Feed Conversion Ratio (FCR) lebih baik.
“Dengan semua keunggulan tersebut, pakan berbentuk pelet sangat efisien dan optimal dalam meningkatkan produktivitas itik pedaging,” jelasnya.
Inovasi ini ditingkatkan dengan penambahan aminobiotik untuk menghasilkan pelet plus, yaitu pakan yang lebih berkualitas. Ujang Suryadi menjelaskan bahwa aminobiotik dibuat dari daging bekicot beserta saluran pencernaannya melalui proses fermentasi autolysis. Kandungan asam amino dan probiotik dari aminobiotik ini meningkatkan nilai gizi pelet, sehingga penggunaannya dapat membuat itik lebih sehat dan penggunaan pakan lebih efisien.
“Aminobiotik berfungsi sebagai suplemen yang membantu meningkatkan kualitas pakan, sementara bentuk pelet itu sendiri membantu mengoptimalkan penggunaan pakan. Kombinasi ini menciptakan produk bernama pelet plus, yang kami harapkan dapat meningkatkan efisiensi dan kesehatan ternak secara signifikan,” tambah Ujang.
Program ini diaplikasikan pada peternakan NJA, di mana sebelumnya pakan diberikan dalam bentuk tepung basah. Shokhirul Imam, salah satu tim pelaksana, menjelaskan bahwa meskipun itik lebih suka pakan dalam bentuk basah, cara ini memiliki banyak kekurangan.
“Pemberian pakan basah cukup merepotkan karena harus dibasahi terlebih dahulu, tidak efisien, dan jika ada sisa pakan, akan berisiko menumbuhkan jamur yang bisa berdampak buruk bagi kesehatan itik,” ungkapnya.
Tingginya nilai FCR di peternakan NJA yang mencapai 2,4 dapat ditekan menjadi 2,0 dengan menggunakan pelet plus, menjadikan pakan lebih efisien dan lebih mudah dalam proses pemberiannya.
Pemilik Nusa Jaya Abadi, Izzul Islam, sangat mengapresiasi kegiatan INOVOKASI ini. Ia menyatakan bahwa inovasi pakan pelet plus telah memberikan dampak signifikan terhadap usaha peternakannya.
“Pemberian pakan menjadi lebih mudah, pakan yang tercecer berkurang, dan efisiensi penggunaan pakan meningkat. Ke depan, program ini juga membuka peluang untuk pengembangan usaha penyediaan pakan itik bagi peternak di sekitar Kabupaten Jember,” ungkap Izzul.
Melalui program ini, kerjasama antara Polije dan NJA diharapkan dapat memperkuat pengembangan usaha peternakan itik pedaging dan mendorong diversifikasi usaha di bidang pakan itik. Selain itu, Politeknik Negeri Jember berharap NJA bisa menjadi mitra jangka panjang untuk penelitian lapangan serta program pengabdian kepada masyarakat, khususnya dalam mengadopsi teknologi terbaru yang dikembangkan di lingkungan akademis. (hnf)