Tim Inovasi Krearif untuk Mitra Vokasi (INOVOKASI) dari Politeknik Negeri Jember (Polije) telah menciptakan inovasi teknologi yang bertujuan untuk mengurangi stres pada ayam peternak melalui sistem kendali udara berbasis Internet of Things (IoT). Inisiatif ini dipimpin oleh Ketua Tim INOVOKASI, Risse Entikaria Rachmanita, S.Pd., M.Si., yang juga merupakan dosen Teknik Energi Terbarukan. Dalam pemaparannya, Risse menjelaskan beberapa tantangan yang dihadapi dalam peternakan ayam, dengan studi kasus dilaksanakan di UD. Nurrohman di Jember.
“Dalam proses beternak ayam, tingginya kadar amonia di dalam kandang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan stres pada ayam. Hal ini berdampak pada penurunan nafsu makan yang berujung pada penurunan bobot ayam,” ujar Risse.
Selama ini, penanggulangan masalah ini dilakukan secara manual, menggunakan probiotik dan pembersihan kandang secara rutin. Selain itu, Risse juga menyoroti bahwa sistem pemanas (brooder) yang digunakan masih bergantung pada sumber energi dari gas LPG dan listrik dari PLN, yang dinyalakan terus-menerus.
“Biaya listrik PLN yang mahal menjadi kendala tambahan bagi para peternak. Pengendalian kualitas udara dan suhu di kandang pun masih dilakukan secara manual dengan bantuan timer, yang membuat sistem ini rentan terhadap kesalahan manusia,” tambahnya.
Risse melanjutkan bahwa pengawasan kadar amonia di dalam kandang masih dilakukan secara manual dan belum otomatis terdeteksi secara real-time.
“Hal ini mengakibatkan penanganan terhadap tingginya kadar amonia memerlukan waktu yang cukup lama,” papar Risse.
Di kandang Closed House milik UD. Nurrohman, belum ada pengendalian udara dengan sistem cerdas yang mampu mengatur kondisi udara secara online dan real-time berbasis teknologi surya dan IoT.
“Dengan adanya sistem pemanas (brooder) baru yang dipasang modul IoT, kami dapat mengontrol suhu agar tetap pada kisaran 33°C hingga 36°C, dengan kelembaban sebesar 45-50% dan monitoring tingkat amonia sesuai standar, yaitu 25 ppm,” jelas Risse.
Penerapan teknologi canggih ini meliputi pelatihan dan pendampingan untuk penggunaan sistem cerdas dalam pengendalian suhu, kelembaban, dan konsentrasi amonia menggunakan metode Fuzzy Logic yang terintegrasi dengan energi surya hybrid. Data real-time mengenai kondisi ruangan akan dideteksi menggunakan sensor suhu udara dan kelembaban DHT22, sedangkan kadar gas amonia akan diukur dengan sensor NH3.
“Data yang diperoleh dari sensor tersebut akan dikirimkan ke server Internet of Things untuk diolah menggunakan metode Fuzzy Logic pada tiga tier server, yaitu server database, server IoT, dan server aplikasi,” ungkap Risse.
Hasil pengolahan data ini akan digunakan untuk mengendalikan sistem exhaust, sehingga udara kotor dapat dikeluarkan dari kandang atau kotak tetas.
“Seluruh keadaan tersebut akan dapat dimonitoring serta dikendalikan melalui media web dan smartphone, yang diharapkan dapat menekan kerugian peternak,” tambahnya.
Sistem kontrol cerdas ini akan didukung oleh Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan sistem hybrid.
“Sumber energi dari sistem hybrid ini terdiri dari panel surya dan listrik PLN. Kemampuan untuk menyimpan energi ini memungkinkan sistem hybrid tetap beroperasi sebagai cadangan ketika terjadi pemadaman,” jelas Risse.
Penerapan sistem kontrol cerdas berbasis IoT pada kandang UD. Nurrohman Farm membutuhkan energi listrik rata-rata 20 watt per sistem per hari. Dengan total 10 unit sistem yang dioperasikan, total kebutuhan listrik mencapai sekitar 200 watt per hari.
Dengan inovasi ini, diharapkan para peternak ayam dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil ternak mereka. Inisiatif yang dicanangkan oleh Tim INOVOKASI Polije ini merupakan langkah nyata dalam mendukung peternakan berkelanjutan dan efisien, yang sejalan dengan upaya peningkatan ketahanan pangan nasional. (hnf)