Melalui Workshop Kerjasama dengan Yukbisnis,com dan JNE
Di era revolusi industry 4.0 yang sudah merambah di setiap lini kehidupan saat ini, memerlukan penetrasi baik dalam aspek produksi, informasi maupun pemasaran dan distribusi. Era digitalisasi ini memantik bertumbuhnya wirausahawan baru dari kalangan anak muda,
Tidak terkecuali virus-virus strat up ini menjangkiti para mahasiswa dan alumni Politeknik Negeri Jember (Polije). Dengan melalui UPT Pengembangan Karir dan Kewirausahaan, Polije menggali potensi wirausahawan untuk belajar merancang bisnis plan, melakukan proses produksi dan memasarkan hasil karyanya baik melalui offline maupun online.
Salah satunya, Sabtu (7/3) kemarin diadakannya workshop yang bekerjasama dengan platform Yukbisnis.com dan JNE. Workshop yang bertemakan : dropship atau reseller.
Dunia bisnis online atau daring telah menjadi pilihan banyak anak muda. Dropship dan reseller, merupakan sesuatu hal yang tidak dipisahkan dari bisnis online. Bahkan, sebagian pelaku bisnis online masih binggung memilih strategi alur distribusi, dengan dropship atau reseller.
Founder Yuk Bisnis Jaya Setiabudi yang jadi pemateri roadshow workshop di 10 kota tentang revolusi saluran distribusi mengatakan, bisnis online anak milenial saat ini harus menguasai traffic, logistik, payment, dan platform. “Kuasai empat ini,” terangnya.
Dalam dunia jual beli online, kata dia, dua istilah reseller dan dropship dapat diketahui dan fiturnya disediakan melalui e-commerce juga. Sayangnya, saat Jaya Setiabudi melempar beberapa pertanyaan barang apa saja yang pantas jadi reseller dan dropship, banyak diantara peserta yang mayoritas bergelut di dunia bisnis online, menjawab kurang tepat.
“Kalau mau jual kemeja batik, mau jual pakai sistem jadi reseller atau dropship,” ucap Jaya yang melempar pertanyaan ke peserta.
Secara sederhana dropship adalah mereka yang menjual barang dengan tidak melakukan penyetokan, tapi pihak lainnya yang mengirimkan barang ke konsumen. Sementara reseller adalah mereka yang lakukan jual beli online dengan barang membeli barang jualannya terlebih dahulu, baru dikirim ke konsumen.
Dua metode distribusi sederhana tersebut, harus dipahami agar lebih tepat menjual barang lewat media daring. “Menentukan apakah pakai dropship atau reseller, tidak cukup dilihat barang apa saja yang hendak dijual, tapi juga dilihat dari kondisi demografi dan geografis,” ujarnya.
Jika menjual produk fashion seperti batik dengan satu corak, jika lewat reseller juga dilihat apakah daerah sekitar itu punya selera yang sama dengan satu corak tersebut. Bagi Jaya, namanya pemilihan baju tentu saja berbeda, sehingga alangkah baiknya lewat dropship saja.
Sedangkan, untuk jual popok bayi, jika daerah sekitar banyak anak kecil, maka lebih baik sebagai reseller bukan dropship. “Reseller itu adalah distributor, tapi skala kecil dan perseorangan,” ujarnya.
Sebenarnya ada juga metode selain reseller ataupun dropship. Namanya affiliate, yaitu dengan cara jadi influencer yaitu mempengaruhi konsumen baik melalui kanal you tube ataupun blog. Sayangnya, metode itu tidak begitu masif diterapkan di Indonesia, lantaran masyarakat Indonesia masih semi online.
Menjual barang lewat online saat ini sangat menjanjikan, tapi selanjutnya juga belum tentu bagus untuk menjual lewat online terus. Dia mencontohkan yang terjadi adalah pelaku usaha kripik pedas-pedasan yang sedang tren beberapa waktu lalu. Di awal penjualan lewat online saja, kemudian dikembangkan melalui jalur konvensional dengan menitipkan barang ke gerai-gerai supermaret dan toko oleh-oleh.
Sementara itu, Wadir Bidang Kemahasiswaan Polije Wahyu Kurnia Dewanto, S.Kom, M.Kom dalam sambutan pengantarnya mengatakan, acara ini sangat baik untuk membuka pemikiran dan wawasan para mahasiswa, alumni dan wirausahawan muda yang berkecimpung di bisnis online. Dengan jumlah kuantitas bisnis online yang semankin meningkat, salah satu permasalahan yang muncul adalah pengiriman atau distribusi.
Sedangkan masalah yang berkaitan dengan pengiriman online adalah besarnya ongkos kirim, bisa jadi besarnya ongkos kirimnya lebih besar dari nilai barangnya. “Bisnis online sangat berkaitan dengan kemampuan melihat peluang, efektifitas produksi, pemilihan saluran distribusi dan kemitraan dengan pengusaha ekspedisi, agar mampu mengelola bisnis secara sehat dan mendatangkan profit”, tandas Wahyu Kurnia Dewanto.
Masih menurut dia, melalui workshop ini sangat strategis untuk belajar lebih luas dan mampu menjalin kemitraan dengan pengusaha ekspedisi, sehingga manfaat dan dampaknya bisa mengefisienkan ongkos kirim dalam distribusinya.
Polije sangat berkepentingan dengan tindak lanjut workshop ini karena banyak alumni dan mahasiswa yang berminat dan bertalenta mengembangkan bisnis online, baik yang berprofesi brand owner, produsen atau yang berfokus pada marketing. “Polije dengan UPT Pengembangan Karir dan Kewirausaha, berfokus dalam pengembangan dan pembinaan pada talenta entrepreneurship mahasiswa atau alumni.