Rasa haru dan keheningan menyelimuti Wisuda ke-46 Politeknik Negeri Jember (Polije) pada hari kedua, Minggu (3/11/2024). Di antara wajah-wajah bahagia para wisudawan yang menanti ijazahnya, tampak pasangan Mardiana dan Sudarmojo, yang datang bukan untuk mendampingi putra mereka, melainkan menggantikan almarhum Khoirul Usamah Admojo, yang telah berpulang sebelum sempat menyelesaikan prosesi wisudanya.
Khoirul, mahasiswa berprestasi dari Jurusan Teknologi Informasi, harus mengubur mimpinya untuk diwisuda secara langsung setelah berjuang melawan tumor di kepala selama setahun terakhir. Penyakit itu memaksanya untuk berhenti sejenak dari rutinitas, tetapi tidak memadamkan semangatnya untuk terus belajar dan menyelesaikan pendidikannya. Namun takdir berkata lain; ia wafat pada 18 April 2024, hanya beberapa bulan sebelum momen bahagia yang selama ini ia nantikan.
Saat prosesi wisuda berlangsung, Direktur Polije, Saiful Anwar S.TP., M.P., memanggil nama Khoirul dengan penuh penghormatan. Mardiana dan Sudarmojo, yang duduk di antara hadirin, perlahan bangkit dan melangkah ke arah panggung. Mata mereka berkaca-kaca, sementara tangan mereka gemetar ketika meraih ijazah dan transkrip nilai, bukti nyata perjuangan dan ketekunan Khoirul. Tepuk tangan meriah dari seluruh ruangan menggema, sementara banyak dari hadirin yang turut menitikkan air mata, terharu menyaksikan momen emosional ini.
Mardiana, sang ibu, tak kuasa menahan tangis. Air mata berkali-kali jatuh saat tangannya menggenggam ijazah putranya. Ia merasa bangga sekaligus hancur, karena ijazah ini menjadi kenang-kenangan terakhir dari sosok anak yang begitu gigih dan penuh dedikasi.
“Meskipun dia sudah tidak bersama kita, semangatnya selalu menginspirasi kami. Kami sangat bangga,” ujarnya terisak, sambil menyeka air mata yang tak henti-hentinya mengalir.
Mardiana, yang berasal dari Probolinggo, masih merasa seperti berada dalam mimpi buruk; ia tidak pernah membayangkan harus menggantikan putranya dalam momen yang seharusnya menjadi hari bahagianya.
Menurutnya, Khoirul pertama kali merasakan gejala penyakitnya setahun terakhir. Meski sudah mendapat diagnosa yang cukup berat, Khoirul tetap menunjukkan semangat luar biasa untuk menyelesaikan kuliahnya. Bahkan dalam masa-masa sulit, ia tidak pernah mengeluh atau merasa putus asa.
“Anaknya cerita, dia nggak pernah ngeluh. Setelah tahu sakit, dia masih terus semangat kuliah. Sebagai orang tua, kami hanya bisa berdoa dan mendukungnya. Kami berharap ilmu yang didapatkan dari Polije menjadi berkah dan bermanfaat, meski Khoirul sudah tiada,” kata Mardiana penuh keteguhan.
Khoirul memang dikenal sebagai mahasiswa yang cerdas, pekerja keras, dan berdedikasi tinggi. Menurut teman-teman dan dosennya, ia selalu menunjukkan sikap pantang menyerah dan antusiasme yang tinggi dalam belajar, meski di tengah kondisi kesehatannya yang semakin memburuk. Bahkan hingga sakitnya semakin parah, Khoirul tetap datang ke kampus dan berusaha mengikuti perkuliahan sebisanya, hingga akhirnya ia harus berhenti karena kondisinya yang kian menurun.
Dalam prosesi wisuda yang berlangsung penuh haru ini, suasana kebersamaan dan dukungan dari seluruh sivitas akademika Polije sangat terasa. Khoirul Usamah Admojo, meski telah tiada, tetap dikenang sebagai bagian dari keluarga besar Polije. Banyak rekan-rekan dan staf pengajar yang turut hadir dan memberikan dukungan kepada Mardiana dan Sudarmojo. Mereka memandang Khoirul sebagai sosok yang inspiratif, yang meninggalkan kesan mendalam bagi siapa pun yang mengenalnya.
Wisuda ke-46 Polije ini diikuti oleh 751 wisudawan yang berasal dari lima jurusan berbeda, yaitu Jurusan Peternakan dengan 99 wisudawan, Jurusan Teknologi Informasi sebanyak 332 wisudawan, Jurusan Kesehatan dengan 171 wisudawan, Jurusan Teknik dengan 140 wisudawan, dan Jurusan Bisnis dengan 9 wisudawan. Khoirul termasuk di antara mahasiswa berprestasi dari Jurusan Teknologi Informasi, yang meskipun tak lagi bersama, tetap dihadirkan dalam momen bersejarah ini.