Politeknik Negeri Jember (Polije) semakin berperan dalam mendukung hilirisasi industri kelapa sawit dengan memanfaatkan buah kelapa sawit menjadi produk minyak merah. Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah dan kapasitas Teaching Factory (Tefa) Pembibitan, sebuah inisiatif yang didukung oleh pengelola lahan praktik kebun kelapa sawit di bawah naungan Laboratorium Lapang Polije.
Program Pengabdian Kepada Masyarakat ini diketuai oleh Ir. Sugiyarto, M.P., yang beranggotakan Irma Harlianingtyas, S.Si., M.Si, Descha Giatri Cahyaningrum, S.P., M.P., dan Ir. Dian Hartatie, M.P. Mereka bekerja sama dengan pengelola Tefa untuk meningkatkan kemampuan produksi minyak merah melalui rangkaian kegiatan yang melibatkan diskusi, pendampingan teknis, serta evaluasi hasil.
Tim dari Polije telah melakukan Focus Group Discussions (FGD) bersama pengelola Tefa, memberikan pelatihan terkait pembuatan minyak sawit merah, serta mendampingi proses pengemasan, penyimpanan, dan pengujian mutu produk. Selain itu, tim juga membantu manajemen produksi, pemasaran, dan melakukan monitoring untuk memastikan keberlanjutan produksi minyak merah ini.
Ir. Sugiyarto, dosen Program Studi Produksi Tanaman Perkebunan, menjelaskan bahwa kebun kelapa sawit di Polije sebenarnya memiliki potensi besar untuk menghasilkan produk turunan seperti Crude Palm Oil (CPO) maupun minyak sawit merah (MSM).
“Sejak adanya kebun praktik ini, panen buah kelapa sawit tidak pernah dimanfaatkan, meskipun potensinya cukup untuk diolah menjadi produk yang memiliki nilai tambah, baik secara manual maupun semi-manual. Jika fasilitas dan peralatan pengolahan tersedia dengan baik, produk-produk ini dapat menjadi unggulan, tidak hanya di Jurusan Produksi Tanaman Perkebunan, tapi juga di Jurusan Teknik, khususnya Program Studi Teknik Energi Terbarukan,” ungkap Sugiyarto.
Irma Harlianingtyas menambahkan bahwa kebun kelapa sawit Polije memiliki potensi produksi yang besar.
“Secara umum, pohon kelapa sawit dapat menghasilkan 12-14 tandan per tahun, dengan berat per tandan antara 10-15 kilogram. Jika fruitset mencapai 80%, maka buah yang bisa diolah berkisar 8-12 kilogram per tandan. Dengan populasi minimal 100 pohon, kebun praktik ini dapat menghasilkan sekitar 10-16 ton buah sawit per tahun, atau sekitar 1 ton per bulan. Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi minyak merah,” jelasnya.
Descha Giatri Cahyaningrum dan Ir. Dian Hartatie juga menambahkan bahwa tahapan pengolahan buah sawit dalam kegiatan ini dilakukan dengan metode yang lebih sederhana, meliputi proses degumming, deasidifikasi, dan deodorisasi pada suhu tinggi. Hasilnya adalah produk minyak merah yang siap untuk dipasarkan.
Hasil dari kegiatan ini disambut positif oleh pengelola Tefa Pembibitan, Jumiatun, yang mengapresiasi kontribusi program ini.
“Pemberian peralatan sterilisasi dan alat press buah kelapa sawit sangat bermanfaat untuk pengolahan minyak sawit di masa depan. Selain itu, ini juga menyelesaikan masalah pemanfaatan buah sawit yang jatuh ke tanah,” ungkap Jumiatun.
Ia juga menambahkan bahwa jika buah sawit yang jatuh tidak diambil, hal itu dapat memicu pertumbuhan bibit baru, yang kemudian memerlukan tenaga tambahan untuk mencabutnya. Dengan adanya proses pengolahan ini, lahan praktik dapat dimanfaatkan secara lebih optimal, sambil memberikan nilai tambah bagi mahasiswa yang melakukan praktik langsung.
Dengan demikian, program ini tidak hanya meningkatkan kapasitas produksi Tefa Pembibitan, tetapi juga mendukung pengembangan hilirisasi kelapa sawit di lingkungan Polije, menciptakan peluang bagi mahasiswa dan masyarakat sekitar untuk mengembangkan keterampilan dan potensi ekonomi melalui pengolahan produk sawit yang bernilai tambah. (hnf)