Mahasiswa Jurusan Manajemen Agribisnis Politeknik Negeri Jember (Polije) kembali menunjukkan kreativitasnya melalui program Project Based Learning (PBL). Mereka berhasil menciptakan inovasi berbahan dasar ikan lele berupa stik lele renyah yang diberi nama SiLele Crispy. Produk ini tidak hanya kaya manfaat karena kandungan gizi lele, tetapi juga menjadi bukti nyata kemampuan mahasiswa dalam berinovasi di bidang agribisnis.
Ketua kelompok PBL SiLele Crispy, Nur Salin, menjelaskan bahwa pemilihan ikan lele sebagai bahan utama didasarkan pada ketersediaannya yang melimpah di daerah Jember, serta harganya yang terjangkau.
“Kami memilih lele karena mudah ditemukan dan murah. Selain itu, ikan lele juga memiliki banyak kandungan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan. Program PBL ini sangat membantu kami sebagai mahasiswa karena kami dilatih untuk berpikir kreatif dan memiliki jiwa kewirausahaan,” ungkap Nur.
Nur juga mengungkapkan, melalui program ini, mereka belajar banyak hal, mulai dari pengelolaan bahan baku, proses produksi, hingga strategi pemasaran. Meski demikian, perjalanan mereka tidak tanpa hambatan.
“Kendalanya, kami sering kekurangan pendanaan untuk mengembangkan ide-ide kami. Oleh karena itu, kami berharap ke depannya bisa bekerjasama dengan mitra yang dapat memberikan dukungan pendanaan dan fasilitas untuk pengembangan produk kami,” tambahnya.
Tak hanya berhenti pada produk stik lele, Nur dan timnya berencana melanjutkan inovasi mereka dengan pengembangan varian rasa dan proses pengemasan yang lebih menarik.
“Kami ingin produk ini tidak hanya diminati di Jember, tetapi juga dikenal lebih luas sebagai camilan bergizi yang bisa bersaing di pasar nasional,” katanya optimis.
Program PBL yang diterapkan di Polije mendapatkan dukungan penuh dari pihak Polije. Wakil Direktur Bidang Perencanaan, Kerjasama, dan Sistem Informasi Polije, Agung Wahyono, SP, M.Si., Ph.D., menegaskan bahwa program ini merupakan salah satu upaya kampus dalam mendukung Indikator Kinerja Utama (IKU) 7 tentang kelas kolaboratif dan partisipatif.
“PBL adalah metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar langsung di dunia industri dan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Ini sejalan dengan prioritas Polije sebagai perguruan tinggi vokasi yang lebih menekankan praktik daripada teori,” jelas Agung.
Lebih lanjut, Agung menjelaskan bahwa mahasiswa di Polije didorong untuk mengerjakan proyek akhir berupa usaha mandiri. Dalam proses ini, mereka tidak hanya menciptakan produk, tetapi juga melakukan analisis ekonomi untuk menilai potensi pasar dan keberlanjutan usaha.
“Melalui PBL, mahasiswa tidak hanya belajar teori bisnis, tetapi juga mendapatkan pengalaman nyata dalam mengelola dan memasarkan produk. Harapannya, saat mereka lulus, mereka sudah memiliki pengalaman yang cukup untuk menjadi wirausaha yang kompetitif, kreatif, dan inovatif,” tambahnya.
Menurut Agung, inovasi seperti SiLele Crispy menunjukkan bahwa mahasiswa Polije mampu menciptakan produk berbasis potensi lokal yang bernilai ekonomi tinggi.
“Saya berharap inovasi ini dapat terus dikembangkan menjadi produk komersial yang siap bersaing di pasar nasional maupun internasional. Selain itu, kami mendorong mahasiswa untuk terus berinovasi dengan menghadirkan solusi yang relevan bagi masyarakat,” tutupnya.
Melalui inovasi ini, Polije menunjukkan komitmennya sebagai perguruan tinggi vokasi yang mampu menghasilkan lulusan berkualitas, siap menghadapi tantangan dunia kerja, dan mampu menciptakan peluang usaha mandiri yang berkelanjutan. SiLele Crispy tidak hanya menjadi simbol inovasi mahasiswa, tetapi juga langkah nyata dalam mendukung pertumbuhan ekonomi berbasis lokal. (hnf)