Mahasiswa Program Studi (Prodi) Gizi Klinik Politeknik Negeri Jember (Polije) terus berinovasi dalam menciptakan solusi untuk mengatasi masalah gizi buruk pada balita, khususnya stunting. Melalui program pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning (PBL), mereka menghasilkan inovasi makanan tradisional seperti kelepon ubi ungu, nasi kerawu, dan bihun nanas.
Menurut Nadia, salah satu mahasiswa Prodi Gizi Klinik Polije, inovasi makanan ini dikembangkan dengan memanfaatkan bahan-bahan tradisional yang kaya nutrisi dan dimodifikasi agar menarik perhatian balita.
“Kami memilih kelepon ubi ungu karena mengandung bahan utama seperti ubi ungu dan kacang merah, yang sangat bermanfaat untuk mencegah anemia. Nasi kerawu kami pilih karena merupakan makanan khas Gresik, yang relevan dengan tugas mata kuliah makanan tradisional. Sedangkan bihun nanas adalah cemilan sehat yang dimodifikasi dengan bahan seperti nanas dan bihun agar lebih menarik untuk balita,” ungkapnya.
Nadia menjelaskan bahwa produk-produk ini tidak hanya bertujuan untuk memperbaiki asupan gizi balita, tetapi juga memperkenalkan mereka pada makanan tradisional Indonesia.
“Modifikasi ini bertujuan untuk mengemas makanan tradisional menjadi lebih menarik. Balita sering kali sulit makan, sehingga kami berharap inovasi ini dapat membuat mereka lebih tertarik mengonsumsi makanan sehat dan tradisional daripada hanya mengandalkan junk food,” tambah Nadia.
Dalam proses pengembangan produk, mahasiswa tidak hanya berfokus pada kandungan nutrisi, tetapi juga pada aspek edukasi. Produk seperti kelepon ubi ungu, nasi kerawu, dan bihun nanas dirancang untuk memperkenalkan makanan tradisional kepada generasi muda, sekaligus menunjukkan bahwa makanan tradisional dapat menjadi pilihan sehat yang lezat.
“Anak-anak zaman sekarang cenderung lebih memilih junk food karena lebih menarik dan mudah diakses. Dengan inovasi ini, kami ingin mengubah pandangan tersebut. Kami berharap generasi muda dapat lebih mengenal, menghargai, dan mengonsumsi makanan tradisional sebagai bagian dari pola makan sehat,” ujar Nadia.
Inovasi ini merupakan bagian dari penerapan metode pembelajaran Project Based Learning (PBL) yang menjadi pendekatan utama di Polije. Ketua Jurusan Kesehatan Polije, Ir. Rindiani, M.P., menjelaskan bahwa PBL mendorong mahasiswa untuk menyelesaikan permasalahan nyata yang ada di industri, termasuk di instansi kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas.
“Melalui PBL, mahasiswa dilatih untuk memahami isu kesehatan yang sedang terjadi di masyarakat, seperti stunting, kemudian mencari solusi dengan menciptakan produk yang relevan dan aplikatif. Dengan pendekatan ini, mereka tidak hanya belajar teori, tetapi juga langsung mengaplikasikan ilmunya melalui produk nyata,” kata Rindiani.
Ia juga menambahkan bahwa inovasi seperti ini memperkuat kemampuan mahasiswa dalam memahami kebutuhan masyarakat, khususnya balita yang rentan mengalami masalah gizi.
“Kami berharap inovasi yang diciptakan mahasiswa dapat memberikan kontribusi nyata dalam mendukung upaya pemerintah mengatasi masalah stunting. Selain itu, ini juga menjadi langkah untuk melestarikan makanan tradisional Indonesia,” jelasnya.
Selain itu, mahasiswa juga berupaya menjadikan produk ini sebagai alternatif makanan tambahan untuk balita, yang tidak hanya enak tetapi juga bergizi tinggi. Hal ini sejalan dengan misi Polije untuk menciptakan lulusan yang mampu memberikan solusi nyata bagi masyarakat.
“Kami ingin mahasiswa tidak hanya menjadi ahli di bidangnya, tetapi juga memiliki kepedulian tinggi terhadap isu-isu kesehatan di masyarakat. Produk-produk yang dihasilkan ini diharapkan dapat digunakan secara luas, baik oleh orang tua maupun institusi kesehatan, sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas gizi balita,” tutup Rindiani. (hnf)