Mahasiswa Politeknik Negeri Jember (Polije) terus menerus memberikan inovasi yang luar biasa bagi masyarakat. Salah satunya, baru-baru ini mereka membuat inovasi melalui PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) yakni Chatbot pelayanan konseling dan konsultasi untuk mengatasi isu isu mental health.
Mereka adalah Kimi Dandy Yudanarko, Ariz Saputra, Rama Diputra, Lisa Novita Sari, serta Naela Zahwa Salsabila. Dalam pembuatan Chatbot ini, mereka didampingi oleh dosen pembimbing yakni Mukhamad Angga Gumilang, S. Pd., M. Eng.
Menurut Kimi, sapaan akrabnya, alasan mereka mengikuti PKM ini tak lebih untuk mendapatkan wadah baginya dan kawan-kawan untuk mengembangkan potensi diri, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik.
“Hal ini mendorong kreativitas, inovasi, dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. PKM ini juga membantu mahasiswa meningkatkan kompetensi dan keterampilan dalam berbagai bidang melalui teknologi, dan lain-lain, serta mendorong mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan penelitian dan inovasi, yang esensial untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,” jelasnya.
PKM dengan skema Karsa Cipta (PKM-KC) yang mereka ikuti dituntut untuk mengembangkan kreativitas mahasiswa dalam menciptakan produk atau sistem baru yang inovatif. Sehingga mereka membuat inovasi Chatbot pelayanan konseling dan konsultasi untuk mengatasi isu isu mental health. Chatbot dengan menggunakan teknologi Generative Artificial Intelligence yang memanfaatkan teknologi terbaru untuk mengembangkan model Chatbot yang dapat berpikir secara cepat dan menyerupai manusia.
“Model AI ini memiliki kemampuan untuk menganalisa dan memahami masukan dari pengguna sehingga dapat memberikan respon yang akurat dan relevan. Model kami dilatih dan dikembangkan dengan dataset yang berisi informasi mengenai isu-isu kesehatan mental sehingga dapat memahami konteks cerita yang diberikan oleh pengguna dan memberikan percakapan yang memuat perasaan empati, memberikan dukungan, menyampaikan solusi yang tepat, dan mengajak agar pengguna bersikap optimis untuk menyembuhkan kesulitna dalam kesehatan mental. Chatbot kami telah dikemas dalam bentuk website sehingga dapat diakses kapanpun dan dimanapun tanpa perlu mendownloadnya, website kami dapat diakses pada maucurhat.id atau ip address http://151.106.112.101,” jelas Kimi.
Banyaknya berita dan kasus yang berkaitan dengan isu kesehatan mental, khususnya dalam kasus bunuh diri dan gangguan kesehatan jiwa menjadi latar belakang Kimi dan kawan-kawannya membuat Chatbot tersebut.
“Beberapa faktor Utama yaitu stres dan depresi di mana sering terjadi di kalangan pelajar atau mahasiswa. Setelah dilakukan beberapa penelitian dan wawancara, ditemukan bahwa mahasiswa keberatan untuk berkonsultasi dengan psikolog dikarenakan beberapa hal seperti biaya yang cukup besar untuk setiap sesi, malu dan kurang percaya untuk bercerita masalah pribadi ke orang asing, dan harus bertemu langsung dengan psikolog,” lanjutnya.
Kimi menambahkan tujuan dari pembuatan Chatbot ini untuk memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada mahasiswa melalui percakapan yang empatik dan profesional, tidak hanya itu menyediakan bantuan kapan saja tanpa batasan waktu, membantu mahasiswa yang mungkin merasa kesulitan mencari bantuan di luar jam kerja.
“Dengan adanya chatbot, pengguna dapat dengan mudah mengakses dukungan mental tanpa harus membuat janji atau meninggalkan rumah mereka, mahasiswa bisa mendapatkan bantuan tanpa takut stigma yang sering melekat pada masalah kesehatan mental,” tutur Kimi.
Diharapkan aplikasi chatbot ini dapat melayani curhat mahasiswa dengan bahasa dan cara merespon yang hampir mirip dengan manusia. Oleh karena itu, algoritma aplikasi chatbot dan teknologi kecerdasan buatan akan terus ditingkatkan.
“Selanjutnya, aplikasi ini diharapkan dapat diterapkan dan dikembangkan lebih lanjut untuk memberikan manfaat bagi masyarakat serta menjadi rintisan bagi perusahaan berbasis teknologi dan startup,” pungkasnya. (hnf)