Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Keteknikan Pertanian
Inovasi mahasiswa Politeknik Negeri Jember (Polije) seolah tak ada habisnya. Usai menciptakan BBM dari limbah sampah plastik yang digagas Jurusan Teknik, kini mahasiswa Jurusan Teknologi Pertanian juga tak mau kalah kreatif. Hal ini identik dengan capaian inovasi dan prestasi Polije sebagai salah satu PTN vokasi unggulan di Indonesia untuk menghasilkan SDM unggul dan kompeten yang berdaya saing tinggi.
Alat penyemprot hama tenaga surya tersebut, diciptakan oleh Jovanca Alvareza, mahasiswa Prodi Keteknikan Pertanian semester 8. Inovasi alat semprot tenaga surya tersebut menggunakan bahan-bahan limbah seperti accu sepeda motor, tangka semprot bekas yang model pompa serta besi bekas sebagai penopang tangka semprot.
“Tangkinya ini berasal dari tangki pompa model pompa bekas yang ada dirumah dan sudah tidak bisa dipakai, kemudian dipasang panel surya yang dihubungkan dengan accu sepesa motor yang berfungsi sebagai penampung dan penyimpan energi yang berasal dari energi surya, kemudian dialirkan k eke pompa listrik mini, selanjutnya dapat berfungsi sebagai pendorong pompa untuk menyemprotkan cairan pestisida atau insektisida pada proses penyemprotan hama,” paparnya.
Lanjutnya menurut Jovanca panel surya yang berfungi untuk menangkap sinar matahari yang kemudian disimpan didalam aki sehingga bisa mengubahnya menjadi energi listrik. Pompa sebagai penggerak penyemprotan, manakala di cas penuh, hanya dapat berfungsi selama satu jam, akan sambal dihubungkan dengan Accu yang dikoneksikan dengan panel surya, maka mampu bertahan sampai tiga jam.
“Itu bisa dipakai selama 1 jam tanpa solar cell. Namun jika dalam penyemprotan menggunakan solar cell bisa dipakai hingga 3 jam,” tandasnya.
Sementara itu, Mahsus Nurmanto, Kepala Unit Humas Polije menuturkan, alat tersebut merupakan sebuah inovasi dari mahasiswa yang tujuannya untuk mengedukasi masyarakat untuk meningkatkan intensifikasi dan mekanisasi pertanian, untuk melakukan efisiensi biaya produksi pertanian serta efisiensi waktu pengerjaan penyemprotan. “Sehingga bisa membantu proses mekanisasi pengerjaan pertanian di masyarakat. Dengan tenaga yang sedikit bisa menghasilkan cakupan semprotan yang luas,” terang Mahsus.
Lebih lanjut, kata Mahsus, alat tersebut juga sangat efisien jika melihat tenaga kerja yang dibutuhkan serta berdampak pada efisiensi biaya produksi. “Karena sekarang tenaga kerja harian lebih mahal, apabila proses penyemprotan dilakukan dengan menggunakan alat semprot tenaga surya tersebut, maka biaya produksinya lebih murah,” cetusnya Mahsus Nurmanto.
Kendati demikian, mengingat cukup sederhananya inovasi teknologi tersebut, ia berharap alat yang diproduksi sendiri oleh masyarakat, karena juga menggunakan alat dan bahan yang mudah didapat dan harga terjangkau. Mahasiswa Polije siap memberikan edukasi dan pelatihan ringan, agar para petani mampu berkreasi dan berdaya serta mampu membuat sendiri.
Dibagian akhir Jovanca menambahkan, bahwa biaya yang diperlukan untuk membeli satu lembar panel surya, selang dan pompa air mini tersebut berkisar Rp. 500.000,- sampai dengan 600.000,-. “Itu bisa menggunakan aki sepeda motor kita masing-masing. Kemudian harga panel surya juga terjangkau. Jadi masyarakat bisa mengubah alat semprot biasa menjadi yang berbasis tenaga surya secara mandiri,” tutupnya. (mn)
Diketahui biaya yang diperlukan untuk menghasilkan alat semprot hama tenaga surya tersebut sekitar Rp 500-600 ribu. (mn)