Dosen Politeknik Negeri Jember (Polije) melakukan terobosan inovatif dengan mengembangkan teknologi Internet of Things (IoT) untuk memonitor kualitas udara yang dihasilkan dari limbah kotoran ternak domba. Inisiatif ini dipimpin oleh Ketua Tim Pengabdian Masyarakat, Dr. Ir. Hariadi Subagja, S.PT., MP., IPM, yang mengungkapkan pentingnya pengawasan kualitas udara dalam konteks peternakan yang berkontribusi pada pemanasan global.
“Sektor peternakan adalah salah satu kontributor utama dalam peningkatan pemanasan global yang berasal dari kotoran dan ekstraksi hewan,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa sektor ini menyumbang emisi gas rumah kaca seperti metana (CH4), dinitrogen oksida (N2O), karbon dioksida (CO2), dan amonia (NH3), yang dapat menyebabkan hujan asam dan memiliki dampak serius terhadap lingkungan.
“Meskipun gas metana tidak beracun, akumulasi dalam jumlah besar bisa menjadi ancaman serius, termasuk potensi kebakaran,” tambah Hariadi, menjelaskan urgensi dari inovasi yang sedang dikembangkan.
Tim Pengabdian Masyarakat Polije melakukan penelitian terhadap populasi domba ternak di CV. Gumukmas Multi Farm yang berlokasi di Jember.
“Di peternakan ini terdapat ribuan ekor domba. Dengan potensi bisnis yang besar, limbah dari CV. Gumukmas Multifarm berpotensi menjadi penyebab pencemaran udara, yang pada gilirannya bisa memicu efek gas rumah kaca (GRK) yang sangat signifikan,” papar Hariadi.
Untuk mengatasi masalah tersebut, tim menciptakan sistem IoT Monitoring Kualitas Udara Limbah Kotoran Ternak.
“Kami menyediakan teknologi bagi masyarakat melalui pemasangan dan instalasi alat pemantau kualitas udara, khususnya untuk memonitor kadar metana dan amonia di kandang domba di mitra kami,” ungkap Hariadi.
Ia menambahkan bahwa dalam program ini, tim juga melakukan diseminasi teknologi, pelatihan, dan pendampingan untuk penggunaan sistem monitoring kualitas udara di CV. Gumukmas Multifarm, Jember.
Peralatan yang telah dikembangkan akan dihibahkan kepada CV. Gumukmas Multifarm dengan harapan bahwa mereka akan melakukan perawatan secara berkelanjutan.
“Mitra kami berkewajiban untuk merawat dan memelihara peralatan yang diserahkan melalui program pengabdian PNBP,” tegas Hariadi, menekankan pentingnya keberlanjutan dalam pengoperasian teknologi tersebut.
Tim Pengabdian Politeknik Negeri Jember juga berkomitmen untuk melakukan tindak lanjut dengan memberikan pendampingan serta peningkatan keberdayaan bagi mitra industri.
“Kami akan terus mendukung mitra industri, baik yang telah menjadi sasaran pengabdian maupun anggota yang belum memanfaatkan teknologi yang telah didiseminasikan,” ujar Hariadi.
“Dengan adanya monitoring akurat secara real-time, kami berharap pencemaran udara dapat dihindari sedini mungkin. Dengan pendekatan teknologi informasi berbasis IoT ini, kami berupaya meningkatkan potensi ekonomi, sebagai bentuk dukungan terhadap perekonomian nasional,” tutup Hariadi, menggarisbawahi tujuan jangka panjang dari program ini.
Melalui inovasi ini, Dosen Politeknik Negeri Jember tidak hanya berkontribusi pada pengurangan dampak negatif dari sektor peternakan terhadap lingkungan, tetapi juga memberikan solusi praktis yang berpotensi meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan industri peternakan di Jember. Inisiatif ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi institusi lain dalam menerapkan teknologi untuk menyelesaikan masalah lingkungan yang semakin mendesak. (hnf)