Ciptakan Face Sheild Menggunakan Printer 3D
Alat pelindung diri (APD) bagi petugas medis yang menangani Coronavirus Desease (Covid-19) masih terbatas. Padahal, sebagai tenaga kesehatan (nakes) mereka merupakan garda terdepan yang menangani perawatan yang dinyatakan positif terjangkit , Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan berjibaku dengan resiko yang sangat tinggi, yang sangat rentan tertular virus korona.
Kondisi inilah yang mendorong mahasiswa dan dosen di Politeknik Negeri Jember (Polije) bersepakat untuk melakukan inovasi dengan teknologi dan peralatan yang ada, dengan menciptakan APD khusus bagi petugas kesehatan. Mereka memaksimalkan printer 3D untuk membuat Face Sheild atau kacamata pelindung wajah bagi mereka yang bekerja di garda terdepan baik di fasilitas kesehatan tingkat Puskesmas maupun rumah sakit serta posko pemeriksaan di perbatasan
Direktur Polije Saiful Anwar, S.TP, MP menuturkan bahwa Polije sebagai PTN Vokasi unggulan di Indonesia, mempunyai kepedulian, SDM dan alat yang memadai untuk melakukan inovasi untuk berkontribusi memproduksi APD yang sangat dibutuhkan oleh para pejuang pemberantasan Covid-19. “Dengan SDM, Teknologi dan Peralatan yang ada di Jurusan Teknologi Informasi, Polije memproduksi APD jenis pelindung wajah (Face Sheild) yang sangat dibutuhkan oleh tenaga kesehatan”, terangnya.
Menurut Saiful Anwar, APD tersebut akan disumbangkan ke fasilitas kesehatan dan posko pemeriksaan di pintu masuk wilayah Kabupaten Jember.
Beni Widiawan, dosen pembimbing mahasiswa yang membuat kacamata pelindung wajah ini menuturkan, ide menciptakan pelindung muka bagi petugas medis itu bermula saat rekannya yang bertugas di puskesmas mencurahkan isi hatinya berkaitan dengan ketersediaan APD tersebut dan urgensi alat tersebut dalam penanganan pemberantasan Covid-19. “Teman saya bercerita, saat ini untuk mendapatkan APD itu susah sekali, dan lantas memohon Polije bisa membantu membuatkan kacamata sederhana untuk mengurangi risiko tertular Covid-19”, tandas Beni.
Kondisi tersebut akhirnya memantik para Dosen dan Mahasiswa untuk melakukan inovasi membuat desain serta memanfaatkan printer 3D yang ada di Laboratorium yang ketepatan saat tidak dimanfaatkan Karen proses perkuliahan dilaksanakan secara daring.
“Kampus Polije khusus di Laboratorium Jurusan Teknologi Informasi memiliki mesin printer 3D, tapi saat wabah korona, tidak dipakai dan setelah disetujui oleh pimpinan, maka kami segera membuat perlengkapan tersebut,” terang Beni Widiawan.
Menurutnya, desain kacamata APD sederhana itu bukan untuk melindungi mata saja. Melainkan mencegah droplet atau percikan cairan tubuh akibat batuk dan bersin dari pasien. Sebab, kacamata yang dibalut mika itu tak hanya menutupi bagian mata, tapi juga melindungi wajah secara total. “Kacamata ini dipakainya cukup mudah dan tidak ribet,” jelasnya.
Beni dan beberapa mahasiswa berbagi tugas. Ada yang di depan komputer dengan mendesain kacamata, serta ada yang menjaga pergerakan printer 3D. Sebab, walau printer 3D ini kerjanya otomatis, tapi tetap dipantau. “Soalnya terkadang eror. Seperti mesinnya kurang panas dan plastiknya tidak keluar,” ujar Beni.
Dalam sehari, pihaknya bisa memproduksi 6-10 kacamata APD sederhana itu. “Kami tidak bisa membuat banyak. Karena yang lama itu menentukan pola paling efektif dan efisien. Selain itu, juga keterbatasan mesin,” jelasnya.
Sebetulnya, pihak Pemerintah Provinsi maupun Pemkab bisa bekerjasama dengan memberdayakan potensi beberapa SMK yang memiliki mesin printer 3D. apalagi, printer sekolah saat ini juga tidak dipakai, lantaran kegiatan belajar diganti secara daring, sama dengan di perguruan tinggi. “Kalau SMK mau, kami siap memberikan master desainnya agar bisa langsung produksi,” pungkasnya.
Keterangan foto :Ciptakan Face Shield : Segenap Dosen dan Mahasiswa Polije Berkontribusi Menyumbangkan APD berupa Face Shield (Pelindung Wajah) yang akan Disumbangkan Tenaga Kesehatan, dengan Menggunakan Printer 3D.