Mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Produksi Benih, Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember (Polije), menyelenggarakan pembelajaran melalui Project Based Learning (PBL) yang berfokus pada produksi benih hortikultura, khususnya benih paria. Program PBL ini dirancang untuk memberikan pengalaman pembelajaran holistik yang mengintegrasikan teori, praktik, dan kerja sama industri bersama PT Benih Citra Asia, Jember.
Menurut Dandi Wahyu Agung Prasetyo, salah satu mahasiswa semester lima yang terlibat, kegiatan ini memberikan banyak pelajaran berharga.
“Kami tidak hanya belajar keterampilan teknis seperti penanaman, polinasi, dan pascapanen, tetapi juga nilai-nilai penting seperti kedisiplinan dalam mematuhi Standar Operasional Prosedur (SOP), tanggung jawab dalam mencapai target produksi, kerja sama tim, hingga kemampuan kepemimpinan,” ungkapnya.
Dalam pelaksanaannya, PBL ini menggabungkan dua mata kuliah utama, yakni Produksi Benih Hortikultura dan Galur Menyimpang Silang. Menurut Leli Kurniasari, S.P., M.Si., selaku dosen koordinator kegiatan, kegiatan ini dimulai sejak minggu pertama semester dan mencakup berbagai tahapan produksi, mulai dari persiapan lahan hingga proses pascapanen.
“Kami memulai dengan persiapan lahan, termasuk pembersihan, pengolahan tanah, dan pembentukan bedengan untuk memastikan kondisi optimal bagi tanaman. Setelah itu, dilakukan penanaman tetua jantan dan betina yang disertai proses seleksi atau roguing untuk menjaga kualitas tanaman,” jelas Leli.
Ia menambahkan bahwa mahasiswa juga mendapatkan pelatihan teknis dari PT Benih Citra Asia untuk proses polinasi. Tahapan berikutnya adalah pemeliharaan buah, di mana seleksi ketat dilakukan untuk membuang buah off-type guna menjaga kemurnian genetik benih. Selama periode pengisian biji, mahasiswa memaksimalkan nutrisi tanaman sesuai SOP tanpa berlebihan. Seluruh proses ini diakhiri dengan tahapan pascapanen, seperti ekstraksi biji, pencucian, pengeringan, sortasi, hingga pengujian mutu untuk memastikan kualitas benih.
Selain keterampilan teknis, program ini juga memberikan ruang bagi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan non-teknis, seperti kerja sama tim dan kepemimpinan. Struktur organisasi dalam PBL mencakup posisi manajer dan koordinator yang bertugas mengoordinasikan seluruh kegiatan.
“Di sini, kami belajar menjadi pemimpin. Sebagai manajer, saya bertanggung jawab memastikan semua mahasiswa semester lima terlibat aktif dan kegiatan berjalan sesuai target. Ini tantangan besar, tapi juga pengalaman yang sangat berharga,” ujar Dandi.
PBL ini menargetkan produksi benih paria sebanyak 20 kg dengan daya tumbuh optimal. Meski proses masih berlangsung hingga tahap akhir, hasil sementara menunjukkan potensi untuk melampaui target tersebut. Program ini tidak hanya menghasilkan benih berkualitas tinggi tetapi juga memberikan manfaat ekonomi, mengingat kerja sama dengan PT Benih Citra Asia membuka peluang bagi mahasiswa untuk memahami aspek industri dalam produksi benih.
Dengan pendekatan yang menyeluruh, PBL ini diharapkan mampu mencetak lulusan yang kompeten, baik dalam keterampilan teknis maupun dalam aspek manajerial.
“Kegiatan ini menjadi contoh nyata integrasi teori dan praktik, sekaligus memperkuat sinergi antara dunia pendidikan dan industri,” tutup Leli Kurniasari.
PBL Produksi Benih Paria ini menunjukkan bagaimana pendidikan tinggi berbasis vokasi mampu menjawab tantangan dunia kerja dan mempersiapkan mahasiswa menjadi tenaga profesional yang siap bersaing di sektor agribisnis. (hnf)