Pengolahan limbah pertanian hasil produksi benih semangka di Desa Seputih, Kecamatan Mayang, menjadi sorotan baru dalam upaya mendorong pertanian berkelanjutan. Hingga kini, limbah hasil produksi benih semangka, yang mencapai 20 ton per hektar dalam satu musim tanam, belum mendapat perhatian serius dari petani maupun instansi terkait. Limbah ini berasal dari daging dan kulit buah semangka yang tidak terpakai, karena petani hanya mengambil benihnya. Padahal, bahan-bahan limbah tersebut memiliki potensi ekonomi yang tinggi jika dimanfaatkan dengan maksimal.
Tiga dosen dari Politeknik Negeri Jember (Polije) yakni Leli Kurniasari, Netty Ermawati, dan Putri Santika bersama lima mahasiswa Program Studi Teknik Produksi Benih, melaksanakan pengabdian kepada masyarakat untuk membantu warga Desa Seputih memanfaatkan limbah pertanian ini. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat (PBM), dengan dana hibah dari Direktorat Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi tahun anggaran 2024.
Kegiatan pengabdian ini difokuskan pada penyuluhan dan pelatihan kepada petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Mayang Jaya. Program ini terdiri dari beberapa tahapan, mulai dari penyuluhan mengenai pemanfaatan limbah, hingga pelatihan pembuatan pupuk organik. Dalam pelatihan tersebut, masyarakat diajarkan cara membuat pupuk organik cair menggunakan limbah produksi benih semangka dan bahan-bahan lain yang mudah didapat. Pupuk cair ini dirancang untuk meningkatkan nilai nutrisi tanah dan memberikan manfaat maksimal bagi tanaman. Selain itu, pelatihan juga mencakup pembuatan pupuk padat atau kompos yang terbuat dari limbah semangka, serasah, daun, ranting tanaman, dan kotoran ternak.
Leli Kurniasari, ketua tim pengabdian, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mendorong masyarakat agar dapat mengolah limbah pertanian secara berkelanjutan. Dengan demikian, petani tidak hanya akan mengurangi limbah, tetapi juga dapat memanfaatkan limbah menjadi produk bernilai ekonomis.
“Melalui pelatihan ini, kami berharap masyarakat dapat mengolah limbah menjadi pupuk organik yang bermanfaat untuk pertanian mereka. Selain itu, produk pupuk yang dihasilkan bisa menjadi peluang ekonomi baru bagi masyarakat,” kata Leli.
Melalui kegiatan ini, tim pengabdian berharap pemanfaatan limbah pertanian akan dapat terus berkembang, sehingga mendukung terciptanya pertanian yang lebih berwawasan lingkungan.
“Jika limbah dapat dimanfaatkan secara maksimal, maka petani akan mendapatkan manfaat ganda, yaitu meningkatkan hasil pertanian dan menciptakan produk bernilai ekonomi. Produk pupuk organik cair dan kompos ini, jika dikemas dan dipasarkan dengan baik, bisa menjadi sumber pendapatan tambahan,” tambah Leli.
Kegiatan pengabdian ini mendapat apresiasi dari masyarakat setempat. Selain memberikan manfaat langsung bagi petani, pelatihan ini juga membuka wawasan baru tentang pentingnya pengolahan limbah untuk keberlanjutan pertanian.
Di akhir kegiatan, ketiga dosen Polije mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi atas hibah yang diberikan, serta P3M Polije yang telah memfasilitasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini.
“Tanpa dukungan dari berbagai pihak, kegiatan ini tidak akan berjalan dengan baik. Kami berharap agar kegiatan ini dapat berlanjut dan memberi dampak positif bagi masyarakat Desa Seputih,” ujar Netty Ermawati.
Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan petani di Desa Seputih dapat mandiri dalam mengelola limbah pertanian dan memanfaatkannya untuk mendukung pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. (hnf)