Jeruk siam (Citrus sp.) adalah komoditas strategis Indonesia yang berpotensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan mendukung ketahanan pangan nasional. Kabupaten Jember, salah satu sentra produksi jeruk siam terbesar di Jawa Timur, memproduksi sekitar 349.310 ton pada tahun 2021. Potensi wilayah ini, khususnya di Kecamatan Rambipuji yang terkenal sebagai pusat pengembangan hortikultura, menjadikan Jember berpeluang besar sebagai pusat agribisnis jeruk siam di Indonesia.
Namun, meski lahan perkebunan terus berkembang, produktivitas jeruk di Jember belum optimal akibat masih dominannya metode budidaya konvensional. Selain itu, tantangan hama dan penyakit juga menjadi penghambat hasil panen. Menyikapi hal ini, tim pengabdian yang dipimpin oleh Dwi Putro Sarwo Setyohadi, bersama anggota Fandyka Yufriza Ali, Rizky Nirmala Kusumaningtyas, dan Refa Firgiyanto, menggagas program pelatihan penerapan teknologi Bujangseta (Buah Berjenjang Sepanjang Tahun). Program yang didukung Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada tahun 2024 ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan kelompok tani Mudi Rezeki, mitra dalam program tersebut.
Penerapan Teknologi Bujangseta untuk Peningkatan Produksi Jeruk
Teknologi Bujangseta menggabungkan Good Agricultural Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP) untuk memastikan kualitas dan kuantitas jeruk yang optimal. Metode ini mencakup manajemen terpadu, mulai dari pemangkasan, pemupukan yang tepat, hingga pengendalian hama dan penyakit. Dengan penerapan metode Bujangseta, diharapkan tanaman jeruk dapat berbuah sepanjang tahun tanpa bergantung pada musim, dan menghasilkan buah dengan kualitas tinggi sehingga lebih kompetitif di pasar lokal maupun nasional.
Tahapan Pelaksanaan Program
Program dimulai dengan survei awal dan sosialisasi kepada kelompok tani untuk mengidentifikasi kebutuhan dan kendala yang dihadapi dalam meningkatkan produktivitas jeruk. Selanjutnya, tim pengabdian mempersiapkan peralatan dan bahan pelatihan, seperti gunting pangkas, pestisida hayati, dan pupuk kandang.
Selama pelatihan, para petani belajar langsung menerapkan metode Bujangseta. Mereka diajari teknik pemangkasan untuk menjaga kesehatan tanaman dan mengurangi kelembapan yang memicu hama dan penyakit, serta pemupukan organik dan anorganik untuk menjaga kesuburan tanah. Program ini ditutup dengan monitoring dan evaluasi untuk mengukur efektivitas pelatihan yang sudah dilakukan.
Hasil Positif dan Harapan Ke Depan
Pelatihan ini memberikan hasil yang positif, di mana kelompok tani Mudi Rezeki kini memiliki pengetahuan dan keterampilan baru dalam budidaya jeruk siam. Dwi Putro Sarwo Setyohadi, Ketua Tim Pengabdian, menekankan pentingnya kolaborasi dalam program ini.
“Kegiatan ini menjadi bukti nyata sinergi antara akademisi, pemerintah, dan petani dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan. Kami berharap metode Bujangseta ini dapat diterapkan secara luas, bukan hanya di Jember tetapi juga di daerah lain yang berpotensi untuk budidaya jeruk siam,” ujarnya.
Tim Pengabdian ini berharap dapat mendorong petani untuk mengiplementasikan teknologi serta mengoptimalkan hasil tanpa adanya kerusakan.
“Harapan kami, pelatihan ini dapat mendorong petani untuk menerapkan teknologi tepat guna yang mengoptimalkan hasil tanpa merusak lingkungan. Melalui pendekatan Bujangseta, kami ingin petani dapat terus panen sepanjang tahun, sehingga mereka dapat merasakan hasil yang berkesinambungan,” tambah Fandyka Yufriza Ali.
Dengan kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah, dan petani, diharapkan program Bujangseta ini dapat menjadi model bagi daerah lain dalam memberdayakan petani melalui penerapan teknologi yang tepat guna. Ke depannya, teknologi ini tidak hanya meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan nasional. Dengan penerapan yang konsisten, jeruk siam dari Jember diharapkan mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional, menjadi salah satu komoditas unggulan yang membawa kebanggaan bagi Indonesia. (hnf)